Random things about isti, bayu, athir and abe...i have 2 ibnun(s) and only 1 bayu :) it is isti & bayu against the world!!!! :)
Rabu, 17 April 2013
Sistem Pendidikan, UN, sekolah diluar negeri???
seminggu terakhir lagi heboh banget yang namanya Ujian Nasional. dari mulai persiapan, pelaksanaan sampai dengan isu-isu seru yang ada di seputar penyelenggaraan UN ini. yang paling menggelitik saya adalah nilai minimal lulus UN dan kegiatan kasak-kusuk mengenai usaha contek mencontek atau usaha untuk mendapatkan bocoran kunci jawaban.
sebagai orang awam yang pernah sekolah SD, SMP, SMU dan kuliah saya jadi gatel juga untuk komentar. terutama ketika melihat komentar beberapa teman yang sampai menyebutkan "kalau begini ceritanya sistem pendidikan di Indonesia, mendingan anak gw disekolahin di luar negeri aja" well...once again, ini pemikiran gw mengenai isu2 yang beredar ini. pikiran kita bisa berbeda.
1. masalah nilai mencari contekan, bocoran kunci jawaban karena harus memenuhi nilai minimum UN.
untuk hal ini, menurut gw, panjang ceritanya dan kayak vicious circle. tapi coba kita persempit kacamata kita ya daripada saling menyalahkan.
dari sisi murid--> ya wajar dong gw sampe cari contekan dan sampe bayar untuk dapat bocoran kunci jawaban. masa depan gw di pertaruhkan untuk itu. sia-sia sudah gw belajar 3 tahun, proses yang berpeluh 'darah' selama 3 tahun harus habis begitu aja kalau dalam 3hari ini, let's say gw kurang beruntung??? damn!! enak aja!!andai saja para pembuat kebijakan UN itu tau gimana susahnya bersekolah di sekolah bagus....berdarah pak buat dapet nilai 7!!! trus udah capek2 dapat nilai 7 dengan segala perjuangan gw 3TAHUN, biarpun nilai ebta gw bagus, nilai raport gw bagus, trus kalau nilai UN jelek gw ga lulus aja gitu??dengan soal pilihan ganda. yang kadang saking groginya gw, tadinya mau lingkarin A bisa jadi E?? gw fixed banget bakalan cari bocoran jawaban soal!! kadang bukan karna gw ga pede gw bisa mendapatkan nilai itu. tapi minimal gw sudah mendapatkan rasa aman ketika gw mendapatkan bocoran kunci jawaban itu. ketika gw sudah merasa 'secure' gw akan tenang mengerjakan soal. otak gw bs bekerja dengan lebih tenang.
dari sisi guru --> gw mengabdikan diri gw mengikuti perkembangan anak didik gw selama 3TAHUN,gw liat dia bertumbuh dari anak SMP yang ga tau apa-apa menjadi orang dewasa yang gw yakin banget mereka bisa survive diluar sana, trus gw menggantungkan nasib anak murid gw ke orang-orang yang bikin soal yang sama sekali ga tau apa aja secara detail yang dipelajari di sekolah ini, hell no,sir!!!!gw akan bantu anak murid gw biar lulus this damn UN thing no matter what!! karena gw yakin banget anak-anak murid gw mampu kok. toh mereka sudah disaring kan bisa sampai naik ke kelas XII. kalau mereka ga pinter, pasti ga naik kelas,pak!!! bapak tau nggak sih susahnya ngajar anak2 ABG?? bapak tau nggak bagaimana perjuangan kami agar selalu menjadi lebih pintar daripada anak-anak yang kami ajar?? trus sekarang bapak-bapak pembuat kebijakan mau begitu saja menghancurkan kredibilitas kami kalau anak-anak didik kami banyak yang ga lulus UN??u kissing my ass is a lot easier than u doing my job, pak!!
dari sisi orang tua --> saya tau kok anak saya nggak pinter-pinter amat. tapi anak saya harus menyelesaikan pendidikan formalnya biar anak saya bisa bertahan hidup. tenang aja, saya udah punya duit kok buat nyekolahin anak saya ke skandinavia abis ini, pak. yang penting dia harus punya ijazah SMU. apapun akan saya lakukan biar anak saya survive, karena anak saya toh mau masuk jurusan komunikasi hewan. ga butuh nilai bagus di semua pelajaran yang di syaratkan UN. yang penting anak saya bisa berhitung kabataku (tanpa perlu tahun akar-akar faktor turunan), bisa berbahasa indonesia yang baik dan benar, bisa berbahasa inggris dan berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa itu walaupun grammarnya masih sradak sruduk. just get that damn answer keys for the test, kiddos!!! i'm right behind d you no matter what!!
dari sisi pembuat kebijakan --> kita menerima keluhan banyak dari perusahaan bahwa lulusan sekolah menegah dan universitas indonesia kok nggak bisa apa-apa? mereka tidak malu sama gelar yang mereka dapat. tetep saja kerjanya kayak lulusan SMP. di training ndablek.kita harus buat standar yang tinggi biar generasai selanjutnya bisa survive. banyak ilmu yang mereka dapat. sudah,tetapkan saja standarnya ujian UN. soalnya dibuat oleh sarjana pendidikan yang bagus yang lulusan LUAR NEGERI. biar standar kita sama dengan orang-orang luar negeri. nilai minimal 6 ya... 6 itu kan C kalau dikonversikan ke nilai huruf. mereka harus survive. soalnya pilihan ganda saja biar gampang meriksanya.
see??? ga ada yang disalahkan. mereka cuma mau survive dari semua rintangan. it's our nature!!!.
kalau udah gini, gimana???
once again, ini adalah opini orang awam yang kebetulan udah pernah sekolah sampai lulus s1. hehehe
-kenapa DEPDIKBUD perllu bikin standarnisasi UN? karena jaman sekarang sekolah itu kurikulumnya segambreng!!!! kurikulum negara dirasa ga oke. makanya banyak ekolah swasta bermunculan dengan kurikulum IB kek, apa kek,,,,dan sekolah ini laku keras. hal ini dikarenakan orang-orang nggak percaya lagi sama kurikulum yang di tetapkan pemerintah.untuk sekolah SMU, antar SMU negeri aja kurikulumnya beda. nah kenapa bisa gitu? bukannya harusnya sama??
-apabila semua sistem pendidikan di seluruh indonesia sama, gw yakin ga perlu lagi namanya UN sebagai standar otak. kalau standar guru sama semua, UN ga perlu-perlu amat. guru juga udah banyak yang sertifikasi kan? sertifikasi itu standartnya gimana?
-sekolah swasta perlu di samakan juga standartnya.akreditasi di perketat.sekolah negeri juga ga terlepas dari akreditasi pak. samain aja sama universitas.sekolah yang ga masuk akreditasi (misal dibawah B atau apa kek) ga boleh ikut UN. jadi UN lebih ke syarat administrasi menyatakan bahwa sekolahnya memang diakui. ngapain ribet. orang boleh sekolah dimana saja, tapi ga semua sekolah bisa ikut UN. jadi dari awal orang tua dan murid sudah tau konsekwensinya. sebagai konsekwensi dari keberagaman akreditasi, kalau sekolahnya ga ikut UN ga boleh daftar SMPB. soalnya ga semua orang juga mau ikut SMPB pak. asal bapak tau aja. kadang mereka cuma butuh ijazah SMU untuk sekolah di skandinavia, atau dimana kek atau sekolah di institut 29 februari. sekali lagi yang penting sekolah.
notes:
saya bukan belain murid, guru dan orang tua. tapi saya lulusan smu 1 bukittinggi. yang susahnya setengah mati buat dapet nilai. nilai kami ga turun dari langit. guru-guru kami dedikasinya tinggi. ga kebayang kalau hidup kami hanya bergantung sama nilai yang cuma berproses 3hr, pilihan ganda pula!
nilai ebtanas saya ada yang dibawah 5, tapi ada juga yang 9,8. tuh gimana tuh?? sekarang saya survive hidup. saya bukan yang terbaik dengan nilai 9,8 itu. tapi bukan juga yang bodoh dengan adanya nilai 4,8 di NEM saya. UGM masih mau nerima saya tuh pak. saya lulus matrikulasi.
2. gw sampai baca beberapa komen temen gw yang "kalau begini mendingan sekolahin anak gw diluar negeri"
well, once again. pikiran saya bisa jadi beda sama anda. saya lulusan sekolah dalam negeri. tapi saya pernah kerja di perusahaan asing. jadi cungpret sih, tapi saya kerja bareng sama orang lokal yang s1 nya di luar negeri. lihat orang lokal lulusan luar negeri di perusahaan asing tempat saya bekerja,saya cengar cengir aja. sama aja deh perasaan sama lulusan kampus saya. yang pinter-pinter tapinya ya. hahaha
saya punya anak dua. laki semua. saya sama suami saya pernah ngobrol mengenai pendidikan. kebetulan kami berdua lulusan lokal, tapi univ lumayan bagus lah. kami punya keputusan yang sama. anak2 sampai s1 di dalam negeri aja. baru s2 (kalau punya duit) keluar negeri. dengan catatan, mereka di dalam negeri sekolah di univ top seperti ITB,ITS,UGM,UI dengan program reguler (kalau double degree sama aja bohong. maaf sekali lagi).
karena menurut saya, lulusan dalam negeri ga kalah oke dari lulusan luar negeri. balik lagi. tergantung universitas dan jurusannya ya :)
once again, kami ga tau apa yang akan terjadi sama anak2 kami. semoga yang terbaik. tapi sebagai sarjana lulusan dalam negeri, saya merasa kampus saya mengajarkan banyak ke saya. saya ketemu pengajar2 hebat di bidangnya. pelajaran yang saya dapat sangat berharga.
kecuali,,,,kalau anak saya ga dapet ke empat univesitas keren tadi...nah itu yang belum dipikirkan. nabung aja banyak2 kali ya?? hahaha....
yang nggak setuju sama saya, silahkan di debat,,,,kita bisa bertukar pikiran. mana tau memang saya yang salah,saya akan rela mengganti pola pikir saya. :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar