Warning content: pembaca diharapkan untuk mempunyai ketetapan hati dan pikiran terhadap segala perbuatannya sebelum membaca tulisan ini karena tulisan ini murni merupakan opini dari penulis yang sangat subjektif dan bisa menyesatkan atau bahkan menyakitkan perut pembaca diakibatkan oleh saking kerasnya tertawa karena konyolnya opini penulis. Penulis bukanlah ahli agama, ahli filsafat, atau orang yang patut jadi teladan. Bahkan bila penulis pusing, yang diusap-usap adalah dengkulnya, bukan kepalanya. Sehingga penulis tidak bisa dikategorikan sebagai motivator, orang pintar, atau bahkan ahli debus :)
Will you let your mind take over you heart, or will you let your heart take over your mind? Walaupun hampir semua orang mengatakan “if you ever get stuck, always follow your guts” ada satu hal yang menarik dari kalimat ini, yaitu kata kata “If you ever GET STUCK”. Ketika gw membaca kalimat ini, gw mengartikan bahwa lo HARUS mengIKUTi HATI lo ketika lo udah BINGUNG mau ngapain. Ketika lo udah MENTOK banget, lo harus mengikuti kata hati lo. Nah kalau belum mentok lo ngikutin siapa? Mata, bibir, telinga, hidung, kulit, otak, atau dengkul (dalam kasus gw, mungkin dengkul, karena otak gw ada di dengkul)?!?!?
Gw dibesarkan oleh sepasang orang tua yang sifatnya sangat bertolak belakang, but somehow they can manage to be the best parents, the most horrible parents, and the most cheesy parents in this whole universe. Papa gw adalah orang yang PENUH LOGIKA dan HAMPIR SELALU mengikuti logikanya. I don’t blame him for being a person who LET HIS MIND TAKE OVER HIS HEART or for him being so clever so he didn’t need to pay his school and living cost since he was at junior school because he ALWAYS got scholarship that also covered his living cost, in Indonesia or abroad. On the other hand, mama gw adalah orang yang PENUH PERASAAN dan HAMPIR SELALU mengikuti perasaannya dalam mengambil keputusan. I don’t blame her for being a person who LET HER HEART TAKE OVER HER MIND or for her been soooo spoiled by her dad (my granddad was the most caring and the most patient person I’ve ever met beside my husband. Not even my dad as patient as my granddad or my husband, though I have to take my hat off for my dad for being soooo patient with me and my mom.hehehe. By the way, what a coincidence that my granddad’s birthday only 1 day away from my husband’s. My datuk’s birthday was 13th march while Bayu’s is 14th march), her mom or by her 5 older brothers. She was the princess that they were longed for, especially when you’re minang people.
Dirumah gw, papa mama itu hampiiiiirrr selalu berdebat. Kadang sampe males gw dengernya. Mereka kadang berdebat cuma gara-gara hal kecil seperti “mentega itu nggak usah dimasukin ke kulkas. Ada zat yang bikin dia bla…bla…” atau “dengerin dulu gw ngomong dong (iya, mama papa gw ngomongnya gw-kamu ke satu sama lain)” atau “iya-in dulu kek. Gw ini lagi panik!!” atau hal-hal ga penting lainnya. Trus nanti ujung-ujungnya cengir-cengir berdua trus jd the most cheesy couple di dunia ini (yucks!!). Gw mati-matian males banget nanti kayak mama papa gw, tapi trus kebanyakan orang liatnya gw sama bayu merupakan orang yang bertolak belakang mirip mama papa gw. Eh, tetep aja ya, bayu lebih cakep dari papa gw dong…well, paling nggak bayu jauuuhhhh lebih putih dari papa gw, dan lebih tinggi! hahaha :p
Dibesarkan oleh mama papa gw yang extremist di dua kubu sifat menjadikan gw menjadi orang yang ‘swinging’. Selalu galau harus ikutin logika atau kata hati. Berhubung papa gw hobinya sekolah, gw ‘hanya’ ketemu ‘sekali-kali’ aja sama beliau, sampai kelas 1 SMP, gw adalah orang yang MENGIKUTI KATA HATI persis emak gw. Moody, tukang ngambek, ngotot, ngeyel, dll (iya kok gw sadar diri, gw tau….sampe sekarang gw juga masih moody, masih ngotot, masih ngeyel. Ini gw tau gw lagi ngotot. Trus kenapa?? Masalah buat lo???!!??). Tapi begitu papa gw back in the game dalam urusan mengasuh anak dan seringan dirumah, nulis modul, buku, dan ngurus kerjaan dirumah, mulai lah gw di jejelin dengan idealismenya si papa yang segala rupa harus serba “coba kamu pikir deh….coba pakai logika….coba hitung…coba dirunut dulu, bikin mindmapnya…!!!”
Sampai akhirnya gw memutuskan untuk masuk jurusan ekonomi, si logika ini makin menjadi-jadi. Memanglah semua bermula dari gedung putih di sebelah GSP di bulaksumur Jogja itu!!!.
Waktu gw memutuskan masuk jurusan IPS dengan segala drama dari papa gw yang nggak mau anaknya masuk IPS disertai dengan ultimatum “sampe kamu nggak masuk sekolah negeri, nggak papa sekolahin kamu!” (ngomong-ngomong soal ini, gw dipindahin ke bukittinggi selain untuk nemenin nenek gw adalah hasil pemikiran logika papa gw yang melihat waktu itu gw mulai ikut-ikutan di dunia foto-foto. Menurut papa gw, kalau dibiarkan, gw ga bakalan bisa masuk universitas negeri top 5, atau malah hedon anaknya. Jadilah gw diungsikan ke gunung (bukittinggi)), gw hampir pasti banget mau masuk jurusan ilmu komunikasi atau jurusan manajemen marketing. Gw merasa bakat gw ada diiii..ngoceh! (I bet you’re not gonna argue with me about this, don’t you?!) dan membujuk orang sehingga jurusan manajemen marketing atau ilmu komunikasi adalah pilihan gw berdasarkan ‘bakat’ gw.
Semakin mendekati pemilihan jurusan, apalagi waktu itu ada program PMDK, gw rajin ngobrol sama mama gw mengenai jurusan. Kemudian entah gimana, diskusi sama papa juga, gw memutuskan masuk jurusan EKONOMI PEMBANGUNAN, yang katanya lebih ke makro. Salah satu tujuan gw masuk ilmu ekonomi adalah, dengan kemampuan gw menjelaskan sesuatu dan membujuk orang, gw berharap bahwa gw bisa mengubah pola pikir orang-orang sekitar gw tentang membuat skala prioritas (supply-demand, kurva permintaan, kurva penawaran, kelas 3 SMU jurusan IPS udah belajar ini). Iya gw tau hidup gw emang berat dari lulus SMU. Gw udah punya misi tertentu dari kecil. Misi gw yang paling utama adalah jadi istri yg annoying buat suaminya tp somehow suami dan anak anak-anaknya cinta mati sama dia, persis emak gw. enak kayaknya hidup kayak emak gw. hahaha :p
Dari gw lulus SMU itu gw sekarang sadar bahwa di titik itu, MY MIND TAKE OVER MY HEART. My heart told me that I’ll be good at marketing or communication. But my mind told me that if I took this path, and I calculate, I could ‘do more’. dan semakin gw belajar ekonomi, gw makin sadar bahwa my mind take over my heart most of the time jadi gw terkesan sebagai orang ‘sadis’, nggak punya hati, judes atau nyebelin. Hal yang sama gw lakukan ketika bayu ngelamar gw. dengan berbekal slip gaji yang jumlahnya 2,5juta pada awal tahun 2006, bayu kerumah gw trus ‘ngajak nikah’ secara informal. Respon gw waktu ‘dilamar’ bayu diruang tamu bukannya terharu,l atau kegirangan seperti respon kebanyakan cewek, tapi gw langsung ambil slip gaji bayu dan gw bilang “gw hitung dulu ya gaji lo masuk atau nggak” ketika dia bilang “kalau kamu mau sama aku, sanggup nggak hidup dengan gaji 2,5juta sebulan?”. Namun, hal yang berbeda terjadi ketika gw hampir nggak jadi nikah dengan bayu, secara logika pada waktu itu, bayu nggak ‘menang’. Tapi kemudian, I followed my guts. MY HEART TOOK OVER MY MIND bahwa “what the hell…let’s do this! (nikah sama bayu)”
Dilemma follow your heart or follow your mind ini seriiingggg,,,banget jadi dilemma buat gw ketika di dunia kerja. Waktu memutuskan untuk berhenti kerja dari HSBC tahun 2010, walaupun disertai hitungan ‘matang’ yang mengarah kepada “kalau lo berenti kerja sekarang, lagi hamil, lo bangkrut!” I still followed my guts by gave away my resignation letter to my boss. Dan Alhamdulillah, gw nggak menyesal. Pernah nggak gw menyesal ketika gw mengikuti kata hati? Pasti pernah! Walaupun gw di didik sama mama papa gw untuk ‘pantang menyesal kalau sudah dihitung terlebih dahulu’ dan mama papa gw yang galak banget soal konskwensi, tetap aja gw pernah, malah sering menyesal. Hal terakhir yang gw sesalkan ketika gw mengikuti kata hati gw adalah ketika gw diem aja waktu ada yang menjelekkan gw di tempat kerja gw. semakin kesini gw tau tu orang semakin menjadi-jadi. Tau gitu gw damprat aja waktu itu. Toh sekarang gw gada hubungannya lagi sama dia. Tapi waktu itu gw mikirnya, buat apa gw ribut? Coba lo ada di posisi dia, pakai hati. Apalagi katanya kan gak baik meng comfront orang walaupun kita benar. Pret!
Semakin gw punya anak, dilemma hati dan logika juga semakin menjadi. Sering persaaan gw menang dibanding logika gw apalagi sama anak lucu-lucu begitu. Tapi sering juga logika gw menang dibanding persaaan gw terlebih kalau gw mengingat hal ini demi kebaikan mereka. Buat para orang tua, pasti tau lah yaaa gimana rasanya…..begitu juga buat yang mau nikah…atau buat yang sering ditanya kapan nikah???hehehe :p
Dalam ilmu ekonomi mikro, semua orang adalah rasional tanpa terkecuali. Semua orang bertindak menurut perhitungannya sendiri dan menurut preference nya berdasarkan prioritasnya. Kalau ada sekelompok orang atau sebagian besar orang menilai bahwa satu orang atau sebagian kecil orang lain ‘tidak rasional’ itu biasanya karena mereka berkelompok memiliki preferensi yang sama sementara yang minoritas preferensinya beda. Dalam matematika kita bilangnya himpunan :) jadi ketika preferensi kita terhadap sesuatu berbeda dengan orang lain, bukan berarti bahwa kita gila. Kita hanya memiliki preferensi yang berbeda.
Nah, adakah orang yang yang tidak rasional dalam ilmu ekonomi? Ada. Yaitu orang-orang yang bertidak melawan preferensinya. Misal, gw adalah orang yang tidak suka kekerasan. Gw paling anti main pukul. Tapi pada suatu waktu, gw memukul athir abe untuk membuat efek jera (yess, I did this to my kids). Gampangnya, misal gw suka strawberry, tapi ketika ada pilihan strawberry dan melon (dengan standar yang sama), gw pilih melon. Then I’m being irrational (terimakasih bapak vid adrison yang menginspirasi saya untuk membuat notes ini dengan berdasarkan teori ekonomi mikro. Karena status bapak nih pak.hehehe)
Pernahkah gw being irrational??? Serrrriiiiiinnnnggggg…….!!!!!!! Ya tadi itu sebanyak 1200 kata gw berusaha menjelaskan bagaimana seringnya gw bertindak irrational secara ekonomi. Gw melakukan hal yang nggak gw suka. Kenapa? Because MY MIND TAKE OVER MY HEART atau MY HEART TAKE OVER MY MIND. Kedua kondisi itu bisa membuat gw menjadi orang yang irrational secara ekonomi.
Termasuk ketika masuk masa pemilu ini. MY MIND TOOK OVER MY HEART AGAIN. Walaupun banyak yang menyerukan “pilihlah dengan hati nurani” tapi gw nggak bisa……ini menyangkut Negara. Angka comes first than humanity. Ga percaya? Liat dimana-mana……Amerika jualan senjata untuk ‘menghidupi’ rakyatnya. Inggris menjajah Negara lain untuk ‘memakmurkan’ rakyatnya. Israel dan Palestine terus perang untuk memperjuangkan ‘kedaulatan’. Apa salahnya sih lo hidup aja tu 2 negara dalam 1 tanah? Susah banget! (terlepas dari ayat atau firman dari kitab manapun, ya).
Analoginya ketika lo meminta gw untuk memilih di dilemma ekonomi “pertumbuhan dulu apa pembangunan dulu” gw akan pilih pertumbuhan (walaupun gw sering banget berkoar-koar tentang pembangunan ekonomi. Tuh contohnnya dalam bidang pendidikan, dan because my heart told me pembangunan lebih penting daripada pertumbuhan). Gw pilih pertumbuhan ekonomi karena menurut gw, mendingan makan nasi pera tapi SEMUA rakyat bisa makan dibanding kita harus makan NASI PULEN tapi nggak semua orang bisa makan nasi pulen. Jadi kalau disuruh ‘gedein kuenya dulu’ atau ‘enakin kuenya dulu’ gw akan pilih gedein kuenya dulu karena kalau sudah gede nanti bisa dibagi rata, entah kayak apapun rasanya, yang penting semua makaaannn :P because we can only have or choose one thing at a time :) ketika lo bilang “bahkan dengan begitu lo harus mengorbankan diri lo?” gw akan jawab “I’ll take whatever it takes” gw bahkan punya ide gila bahwa JABODETABEK itu di BOM aja apa ya? Biar mulai dari awal lagi?
Ketika dipilihkan kepada dua pilihan, gw melihat dan mengkaji berdasarkan otak gw yang dua sisi ini (elus-elus dengkul), my heart told me that Jokowi-JK dapat membawa bangsa Indonesia menjadi nyaman, aman dan bebas. Kita bisa menjadi lebih baik. But then my mind told me that we need PRATTA more urgent than we need JKW. Kenapa? Indonesia bukan hanya orang-orang golongan menengah yang butuh suaranya di dengar seperti gw, gw bahkan belum masuk ke golongan menengah. :P Indonesia terdiri dari orang yang lebih banyak butuh di spank daripada di hug. Ga percaya? Coba ke pasar tanah abang, terminal pulogadung, terminal lebakbulus atau daerah mangga 2 :) kenapa gw tidak takut memilih rezim militer? Karena gw lihat tahun 1998. Ketika semua sudah kelewatan, gw melihat rakyat bisa berontak. Dan rezim bisa di gulingkan. Sehingga gw yakin bahwa bila pait-paitya kubu PRATTA menang dan seganas-ganasnya rezim militer yang akan datang, rakyat akan bisa lebih ganas.
Dengan segala pertimbangan dengkul gw (yess, silahkan bilang bahwa yang memilih nomor 1 adalah otak dengkul. Gw otak dengkul). Gw memilih kubu PRATTA. Tapi di dalam hati kecil gw, gw berharap pihak JKW menang. Kenapa begitu?
Gw sering banget ngelarang athir melakukan hal bahaya. Misal belajar naik sepeda roda 4 di umur 15 bulan (yes, he started rode a bike at age 17months). Gw larang mati-matian karena gw tahu bahwa hal itu BAHAYA. Tapi dihati kecil gw, gw pengen banget athir bisa. Atau gw suka ngamuk sama athir ketika athir ini kepala batu dan ngotot misal dibilang nggak bisa, dia selalu mau coba walaupun gagal berkali-kali. Gw larang athir melakukan itu, tapi dalam hati gw, gw berdoa semoga sifat ini nggak hilang dalam diri athir. Terus coba, pantang menyerah. Gw galak banget sama athir untuk bersifat gentleman dan manner. Dengan ke galakan gw, gw berharap dia menjadi sosok yang lembut. I know it’s contradictive, but I think most of mommies know this feeling.
So, dalam pemilu ini, kondisi gw mirip-mirip seperti itu lah. Kenapa? Gw pilih PRATTA tapi gw berharap JKW menang. Ya kenapa? Karena ketika JKW menang TIPIS terhadap PRATTA, maka pihak JKW akan memasukkan kebijakan rezim militer kedalam program kerja mereka atau jadi sedikit sangar dalam pemerintahannya. Mereka akan melihat bahwa sebenarnya banyak orang yang butuh sikap sadis itu (dengan memilih PRATTA). Karena ketika JKW menang telak, mereka akan merasa diatas angin bahwa system merangkul dan lembut akan berhasil. I don’t want that to happen. Silahkan lihat ahok dan jokowi, dalam pelaksanaannya, system sadis seperti ahok lebih jalan dibanding system lembutnya jokowi. Walaupun gw yakin jokowi juga dalah dibalik ke sadis-an ahok :) dengan segala pertimbangan irrational gw, gw memilih nomor 1.
Tegas itu ada 2. Tegas dengan suara menggelegar, seperti gw atau emak gw, atau tegas dengan kata-kata lembut seperti bayu atau papa gw. tergantung mana kebutuhannya. Athir abe masih butuh tegas yang menggelegar di umur mereka yang segini. Tidak ksar. Hanya tegas dengan keras. Agar mereka bisa belajar membedakat hitam-putih secara jelas. Ketika mereka agak besar sedikit, system bayu atau papa gw akan lebih berhasil. Kita mulai mengajarkan bahwa terdapat ‘abu-abu’ di setiap kondisi plus anaknya udah bisa diajak diskusi. Hal ini gw lihat di rakyat Indonesia yang masih belajar menjadi society. Mereka butuh sikap tegas yang galak dan menggelegar.
Gw inget banget di salah satu diskusi gw bilang bahwa gw ga akan galau begini kalau calonnya prabowo-jk :) sama seperti jamannya SBY-JK. Gw manteb milih. Militer dan ekonomi….duet maaauuuttt…terbukti bagus kan? Waktu masanya SBY BOED, gw juga manteb. Gw nggak menyesal memilih SBY BOED karena pada dasarnya perkeonomian kita membaik. Salah satunya adalah dengan tidak terjerumusnya kita di krisis dunia (walaupun sebenernya secara finance sih kita emang ga terganggu…lha wong orang Indonesia nggak punya duit juga buat spekulasi di pasar uang dunia sekelas leighman brother,kok.hehehe). Tapi di pemilu kali ini, gw galau abis. Balik lagi ke prinsip gw “we can only choose 1 at the time”, gw pilih 1…dan berharap no. 2 menang ;)
Dalam hati kecil gw masih terbesit harapan bahwa siapaun yang menang, akan merangkul rival politiknya, rival politiknya mau, dan kemudian mereka bersama membuat kabinet yang bakalan happening banget saking bagusnya, seperti yang disampaikan oleh pak prabowo di surat terbukanya tempo hari (kalau bapak yang kalah, bapak diajak gabung sama pak jokowi, bapak mau kan pak?)walaupun gw sadar kemungkinan hal itu terjadi adalah.....hampir tidak mungkin *sigh*
Gw sengaja nulis notes ini tanggal 9 uly 2014 tepat ketika pemilu dan setelah jam 12 siang karena gw tau hampir semua sudah memilih. Jangan sampai nanti ikut-ikutan pemikiran gw, menang dong prabowo kalau pilih nomor 1 semua….hehehe :P
Gw memutuskan nulis ini dengan resiko di cap freak, munafik, mencla mencle dan semuanya. Gw mau menujukkan bahwa paling tidak ada satu orang voter yang bersikap irrational. Sekarang ada satu, kita tidak tahu kedepannya ada berapa irrational voter(s)? yang pasti, di july 2014 ini ada 1 irrational voter, yaitu gw :)
PS: dalam hidup gw yang hampir 30 tahun ini, ada 2 hal dimana MY HEART and MY MIND get along together to make a solid decision. Yaitu ketika gw memutuskan islam menjadi agama gw, menjadi pegangan hidup gw, dan ALLAH SWT menjadi tuhan gw (gw tau bahwa gw lahir secara islam, Orang tua gw islam dan dari kecil gw di didik secara islam, But u know what I mean :). gw adalah muslim seutuhnya) dan ketika gw memutuskan bayu menjadi imam gw, pacar gw, temen gw, musuh gw, sahabat gw, yang semua dirangkum menjadi 2 kata ‘SUAMI GW’ :)
-IBS-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar